Pesan hari ini

Hari ini adalah hari Jum'at.
Hari dimana banyak kegiatan berakhir lebih cepat dari biasanya.
Hari dimana banyak orang lebih ceria dari hari-hari biasanya, karena Jum'at dekat dengan akhir minggu.

Namun, keceriaan itu tidak berlaku bagi Dirgo.
Hari itu ia tampak murung sekali.
Hari itu tak ada sedikitpun senyum di wajahnya.
Hari itu pikirannya benar-benar penuh dengan masalahnya yang menurutnya tak akan mampu ia atasi bahkan jika menyelesaikannya satu persatu.


Dengan depresinya, akhirnya ia membelokkan setir mobilnya ke sebuah mall di kawasan yang agak jauh dari rumahnya. Setelah memarkir mobilnya, ia menuju ke sebuah restoran. Di restoran itu, ia melihat Leni, sahabatnya sudah hadir menanti dirinya menceritakan semua yang menjadi masalahnya.

Tapi, bukannya menceritakan apa yang terjadi, Dirgo malah ngomel-ngomel atas apapun yang terjadi pada dirinya. Ia merasa inilah, itulah, lalu ia seenaknya saja meninggalkan sahabatnya lalu masuk lift.

Karena suasana di lift sepi Dirgo dituntun oleh pikiran depresifnya menekan tombol lift ke lantai paling atas mall itu. Tidak puas berada di puncak lift, ia mencari tangga mall untuk naik ke rooftop mall itu. Leni yang ditinggal tadi mengikutinya juga, tapi kelihatannya ia akan terlambat. Karena lift yang ia masuki sedang penuh orang.

Di rooftop, Dirgo mulai menepi ke tepian bangunan mall itu, lalu ia naik ke atas pinggirannya yang terbuat dari tumpukan bata yang disemen dan cukup kuat menopangnya. Lalu ia melihat kebawah, suasana begitu ramai disana, tapi tak satupun dari keramaian itu terlihat mempedulikannya. Ia melihat kebelakang, tak ada seorangpun berada di belakangnya.

Dengan pikirannya yang sudah hilang entah kemana itu, yang ada di pikirannya hanyalah MENJATUHKAN DIRI dari mall itu dan MATI!!

Tapi sebelum itu ia lakukan, ia mencoba mengingat segala sesuatu yang ada di hidupnya dan di sekitarnya. Ia pun mengingat bagaimana ia dilahirkan, bagaimana ia menjalani masa dewasa, hingga ia tinggal di lantai 7 apartemen mewahnya.

Ia pun mengingat kejadian di apartemen yang biasa ia lihat maupun ia dengar.

Di lantai satu ia biasa mendengar seorang kakek-kakek yang setiap hari menangis meratapi kepergian istrinya sejak belasan tahun lalu.

Di lantai dua ia biasa melihat seorang eksekutif yang usianya lebih muda darinya ditelepon orangtuanya dan ia berbicara sangat kasar dalam teleponnya itu.

Di lantai tiga ia biasa dengarkan sepasang kekasih yang selalu bertengkar karena tak bisa saling berbagi dan mengalah

Di lantai empat ia melihat banyak barang-barang keramik dan kaca pecah juga pisau yang berlumuran darah, ia ingat betul itu pasti milik seorang janda yang masih sering diganggu oleh mantan suaminya, dan tiap hari ia mengusir mantan suaminya itu dengan cara seperti itu.

Di lantai lima ia mencium bau heroin dan suara orang yang sedang sakaw, tetapi menangis pula dengan keras.

Di lantai enam, sepasang suami istri yang di luar apartemennya terlihat sangat akur dan damai itu Dirgo ketahui dengan jelas di dalam apartemen mereka saling berteriak dan bahkan saling melukai dengan pisau saat ia melewati ruang apartemennya.

Di lantai ke tujuh, lantai dimana ia tinggal, ia selalu mendengar tetangganya mengomel tentang apapun yang dilihatnya tidak baik di matanya.

Setelah mengingat semua itu, ia melipat kakinya, duduk di pinggiran mall, sambil merenung. Sementara itu, sahabatnya di belakang memanggilnya dan mengkhawatirkan apa yang terjadi pada dirinya. Leni menanyakan apa yang ia lakukan, mengapa ia duduk di pinggiran mall itu, seperti orang yang akan bunuh diri.

Dirgo terdiam sejenak, lalu ia menjawab:
"Aku memang mau bunuh diri tadi. Lalu aku mengingat semua yang sudah terjadi, lalu aku mulai tersadar, apa yang kulakukan salah. tak seharusnya aku bunuh diri. Karena setiap orang punya masalahnya sendiri. Dan kalau aku bunuh diripun, itu takkan pernah selesaikan masalahku meskipun mungkin itu akan hentikan hadirnya masalah lain."

Dan, itulah pesan hari ini.
SETIAP ORANG PUNYA MASALAHNYA SENDIRI,

dan merekapun mampu menutupinya dari banyak orang meskipun beberapa orang pasti sudah mengetahuinya. karena itu pren, kalo ada masalah, sebaiknya emang kita selesein atau konsultasiin ke sobat-sobat terdeket, tapi gak usa kelepasan alias berlebihan sampe banyak orang jadi tau, lebih baik hanya sedikit orang yang mengetahuinya dan mereka langsung membantumu menyelesaikan masalah itu daripada banyak orang tau dan masalahmu malah makin banyak dan rumit.

0 comments:

Post a Comment