Perubahan, Part 3

Hemm, kali ini, gue masih bahas apa yang gue dapet dari apa yang dibilang Pandji di acara seminar di kampus gue beberapa waktu lalu, masih cukup nyambung juga sih sama Part 1-2 "Perubahan". Kali ini, gue mau bahas tentang salah satu Potensi yang ada di negara kita. Penasaran? Check it out...



Readers, tau gak sih, kita perlu bangga lho jadi orang Indonesia, karena kita punya potensi yang gak dimiliki oleh negara lain. Potensi ini udah begitu lama ada di Indonesia, dia berperan cukup penting dalam membentuk dan membangun bangsa kita, tinggal masalah pengembangannya aja yang perlu kita tentuin, mau dibawa buat bikin sesuatu yang baik, atau sesuatu yang lebih buruk.

Guess what, potensi yang kita milikin itu adalah kebiasaan "Nongkrong".

Percaya nggak percaya, tau nggak, cuma di Indonesia lho JCo, Starbucks, dan lain-lain sejenisnya, punya lahan segede yang di Indonesia, kalo di luar negeri, berdasarkan katanya Pandji, kedai semacam itu disana kecil, karena kebanyakan di luar negeri kedai kopi itu kedai "stop n go", maksudku, disitu itu kedai kopi ya cuma buat mampir buat beli kopi doang, kalopun ada tempat duduk pun, jumlahnya terbatas, gak sebanyak di Indonesia. Terus, yang bikin heboh, adanya tempat semacem Circle K, Lawson, ato Sevel gitu, yg mestinya cuma minimarket semacem Alfamart, ato Indomart, tapi di Indonesia malah jadi tempat nongkrong "anak-anak gaul".

Sevel, minimarket tempat nongkrong.
Lawson Bintaro pas barusan jadi. Minimarket dan tempat nongkrong juga.

Tapi.....

Ini nih yang mesti diinget-inget, Nongkrong itu "MASIH" potensi lho ya. Potensi, berarti masih tergantung kita, mau membawa potensi itu menuju ke hasil yang membawa kebaikan, atau sebaliknya.

Let's think about it.

Biar zaman udah banyak bawa perubahan, tapi tetep ada orang-orang yang masih bisa jaga "potensi" nongkrong itu tetep ada loh. Dan itu emang bisa dibilang ngoreksi omongan gue di Part 2, bahwa generasi kita semacem budak techno kecanduan teknologi [yang gue bilang kamar deket ngomongnya gak face to face itu loh].

Yak, balik ke omongan gue tadi, bahwa masih ada yang bisa jaga potensi nongkrong itu gak mati. Nah, sekarang, tinggal kitanya nih. Seperti yang gue post di Part 1 & 2 "Perubahan", bahwa kita adalah trigger dari Perubahan itu sendiri. Sekarang, tinggal gimana kita mau menyikapi adanya potensi yang dimiliki negara kita ini.

Mungkin, sempet muncul di benak kita pertanyaan semacem gini :

"Nongkrong sih emang potensi. Tapi, gimana mau ngolah potensi nongkrong jadi sesuatu yang positif?"

Readers, Pandji sempet bilang di acara kampus gue itu, bahwa untuk mengolah potensi itu jadi sesuatu yang positif, lagi-lagi ya kita memicunya buat jadi sesuatu yang positif. Bikin suatu perubahan itu emang gak mudah. Tapi, jalanin aja itu semua, apalagi kalo kita udah yakin dan pasti tujuan kita adalah bikin perubahan menuju sesuatu yang lebih baik. Jalanin aja, pelan-pelan pun gak masalah readers. Yang penting, ada progress dan hasil yang akan kita peroleh nantinya dari perubahan yang kita coba bikin. Inget deh, segala sesuatu yang dikerjain pake proses dulu [bukan instan], pasti hasilnya lebih manis daripada yang instan.

Jadi, siap melakukan perubahan? ;D

Yang sebelumnya : Perubahan, Part 2

Oiya, tadi dua gambar itu nyomot, ini sumbernya :
sumber 1
sumber 2




2 comments:

wah ! sama lib, aku juga mau berubah !
hilangkan rasa malas !
Thanks, lib. You've inspired me.

May 17, 2012 at 11:27 AM comment-delete

ayo kita nongkrong !

potensi ada di warung kopi, tapi itu di zaman saat era orde baru. pergerakan kecil dari masyarakat. kalo sekarang? yuk kita bangkitkan lagi.

Anonymous
May 24, 2012 at 7:01 PM comment-delete

Post a Comment